Aku lahir di bulan kelana, di hari yang begitu harap lalu beranjak dewasanya aku berangkat dari sinar kelabu. Aku selangkah di hadapan kawanku, aku memiliki kisah yang tidak dapat ku uraikan dalam sebuku. Kisah ini takan kubuat teman sekitarku hingga buah hatiku kelak mendapatkan hal yang sama.
Mereka bilang “bisa apa aku?” aku hanya bisa bicara, mendengar, lalu kutulis. Aku tidak buta dan tuli semua orangku lihat dan kudengar. Komentar yang diberikan setiap raga lainnya membuatku sadar bahwa solusi memang tidak begitu penting terkadang bahkan aku harus mencarinya sendiri agar hidup lebih dimaknai diri sendiri. Belum seberapa yang kuperbuat atas dia, masih tersimpan senyumnya untukku dan masih terurai air matanya untukku, lalu tulisan ini bukan mengenai janjiku pada dia bahkan raga lainnya, tulisan ini adalah tentang kejadian pasti yang belum waktunya tertepati berbeda dengan janji, kuperbuat ini semakin nyata, kuperandaikan ini semakin jauh, lalu mari rayakan aku dan kembalikan senyumnya yang tersimpan itu.
“Undang kebahagiaanmu, aku akan tersenyum diatasnya, ma”
kupersembahkan puisi ini, lalu kututup dengan “Selamat Hari ibu versi anandamu”
Tapiku Bersebab
Pribadi bukan untuk dipaksa
tapi untuk di rasa
Ingin jiwa melalang
tapi ingat pulang
biar aku saja yang merasa
kamu jangan
biar kamu saja yang tertawa
aku enggan
Undang kebahagiaanmu, aku akan tersenyum di atasnya
HSR, 31 Mei 2016.
(Penulis : HETA)
Insipirasi banget , dalam sedikitnya kata kamu berhasil menyimpan begitu banyak makna…..
Terima kasih
https://www.kampuscenter.com